Sabtu, 30 Mei 2015
Selasa, 12 Mei 2015
KUNJUNGAN MGPK SMP SURABAYA KE SLB KARYA MULYA SURABAYA
Kamis, 07 Mei 2015
SISWA INKLUSI SMP NEGERI 29 SURABAYA MENGIKUTI
UJIAN NASIONAL 2014-2015
Pelaksanaan Ujian Nasional pada tahun ajaran 2014 - 2015 tahun ini sangatlah berbeda. Hal ini dikarenakan dari 14 peserta didik berkebutuhan khusus dengan karakteristik Tuna Grahita (TG) sebanyak 5 Siswa, Slow Learner (SL) sebanyak 7 Siswa, dan Cerebral Palsy (CP) sebanyak 2 siswa. Dimana kesemuanya adalah siswa - siswi kelas 9 di SMP Negeri 29 Surabaya ada seorang peserta yang mengikuti Ujian Nasional tahun pelajaran 2014-2015. Siswa tersebut bernama Gema Fikriansyah. Gema Fikriansyah adalah salah satu siswa berkebutuhan khusus dengan karakteristik Cerebral Palsy (CP).
Gema Fikriansyah adalah seorang siswa dengan karakteristik CP yang termasuk dalam lumpuh layu. Meskipun terkendala kebutuhan fisik, namun dengan kekurangannya Gema (nama panggilan kesehariannya) mampu mengikuti kegiatan UN (Ujian Nasional) tahun ajaran 2014 - 2015 dengan bobot soal yang pada umumnya siswa berkebutuhan khusus lainnya belum mampu mengerjakan.
Kemampuan Gema untuk mengikuti UN ini telah di buktikan dengan prestasi - prestasi yang ia dapatkan selama proses pembelajaran di kelas dan kegiatan cerdas cermat OSN Tingkat Kota Surabaya dan menduduki peringkat 2. Dalam kegiatan KBM Gema mampu menyelesaikan semua tugas yang di berikan oleh guru mata pelajaran terutama untuk mata pelajaran eksak yang secara umum membutuhkan kemampuan lebih dalam berfikir dalam memecahkan soal - soal dan permasalahan - permasalahan yang ada saat KBM berlangsung.
Kelebihan Gema dalam mengerjakan dan mengingat materi - materi yang di berikan oleh guru pengajar merupakan nilai plus yang membantu Gema untuk percaya diri dalam melangkah menuju UN. Tak hanya itu, dukungan yang datang dari orangtua, guru mapel, guru pendamping khusus, dan teman sebaya yang sudah mengenal Gema selama tiga tahun juga salah satu hal yang mampu menyemangati Gema untuk percaya diri dalam mengerjakan UN.
Oleh karena itu, mespkipun terbatas dengan kebutuhan fisik yang lemah dan cenderung dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Namun, Gema mampu membutikkan bahwa dia punya kelebihan diatas siswa reguler lainnya. Keinginan yang tinggi dan tekad yang kuat adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh kita semua baik itu Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran, Guru Pendamping Khusus, serta Warga Sekolah yang ikut terlibat dalam kegiatan sekolah. Hal ini dibutuhkan agar dalam sekolah dengan pedoman inklusi dapat menciptakan suasana dan hubungan timbal balik yang membuat siswa maju.
TETAP SEMANGAT SISWA - SISWI KU, BERPRESTASILAH DAN CAPAILAH CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT
Cereate by : GPK SMPN 29, SBY
Selasa, 05 Mei 2015
SHARING
Dedikasiku dalam Dunia Pendidikan Inklusif
Oleh: Dra. Siti Nur Hasanah
Pendidikan
Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua siswa termasuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai kebutuhan individu tanpa diskriminasi.
Dalam
program pendidikan Inklusif, diharapkan siswa ABK semakin percaya diri dalam
menyongsong pendidikan dan kehidupan mereka di masa depan melalui pendidikan
Inklusif.
Penyelenggaraan
pendidikan Inklusif ini, telah dilandasi oleh payung hukum. Di antaranya: UUD
1945 (pasal 31), Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 (pasal 5),
Kesepakatan Unesco di Salamanca tahun 1994, dan Deklarasi Bandung tahun 2004.
Sejak aku berkecimpung di dunia
pendidikan Inklusif tiga tahun
yang lalu, aku menjadi orang yang semakin pandai bersyukur, sabar, dan
melakukan segalanya dengan HATI. Betapa tidak, melihat siswa/i ABK-ku yang
beragam kekurangan/kelebihan dan kondisinya, membuat aku semakin ingin berbuat
sesuatu untuk mereka. Meskipun aku sama sekali tidak memiliki latar belakang
PLB. Tidak peduli tantangan dan rintangan yang terus menghadang langkahku
karena tidak semua guru memiliki persepsi dan pemikiran yang yang sama terhadap
penyelenggaraan pendidikan Inklusif yang tengah kami emban.
Hampir setiap hari aku menemui
kenyataan-kenyataan pahit yang harus aku terima dari teman-teman sejawat yang
berkenaan dengan perilaku siswa ABK-ku. Baik berupa sikap maupun
cemooh/kata-kata yang menyakitkan. Tapi semua itu aku terima dengan lapang
dada. Masalah-masalah yang muncul dalam perjalanan, aku anggap sebagai bagian
dari tugas dan tanggung jawabku sebagai manajer Inklusif di sekolah kami. Meski
kadang mebuatku kecewa atau sakit hati karenanya. Itu manusiawi karena memang
aku hanya manusia biasa.
Dalam penyelenggaraan pendidikan
Inklusif, siswa/i ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) ditempatkan sekelas dengan
siswa/i reguler. Di tiap-tiap kelas reguler terdapat dua/tiga ABK. Dengan
harapan dan tujuan agar siswa/i ABK dapat bersosialisasi dan berteman dengan
anak-anak sebayanya dan tidak merasa diasingkan/dibedakan. Di kelas-kelas yang
terdapat sisw/i ABK yang agak berat, seperti autis, ditempatkan guru pendamping
Khusus (GPK) di samping guru pengajar utama di kelas tersebut.
Di antara masalah-masalah yang muncul,
aku merasa terhibur oleh perkembangan-perkembangan yang tampak pada siswa
ABK-ku. Di antaranya perkembangan dari salah satu siswa ABK-ku yang bernama ‘Mustofa’. Dia mulai masuk di SMP Negeri
5 Surabaya (sebagai sekolah penyelenggara pendidikan Inklusif) pada tahun
pelajaran 2011-2012. Ia lahir di Sampang,
3 Januari 1996. Awal masuk ke SMP
Negeri 5 Surabaya, dia tidak bisa berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi
menggunakan bahasa Madura yang masih medok. Kalau pun bisa memakai bahasa Jawa,
memakai bahasa Jawa yang kasar. Di samping itu, ia tampak selalu ketakutan dan
tidak percaya diri. Satu kata yang selalu diucapkan: “Mulih… Mulih…”
[mulih(bahasa Jawa) = pulang], dengan raut wajah yang tampak cemas dan
ketakutan. Tubuhnya pun suka gemetar dan keluar keringat dingin. Membacanya
masih per suku kata, begitu pun dengan menulisnya. Harus didiktekan per suku
kata. Namun pada bulan ketiga, ia sudah mulai bisa bersosialisasi dengan
teman-temannya. Rasa percaya dirinya sudah mulai tumbuh. Yang terpenting lagi,
sudah mulai betah di sekolah dan tidak minta pulang lagi sampai jam pelajaran
usai.
Dalam kegiatan “Becerita dengan Alat
Peraga” (materi pelajaran Bahasa Indonesia), dengan semangatnya mengajukan diri
untuk tampil, meski dengan segala keterbatasan bahasa dan cara bercerita. Tapi
bisa dilihat, betapa percaya dirinya dia tampil di depan teman-teman
sekelasnya. Dalam pergaulan dengan teman-temannya pun, dia tampak begitu
percaya diri. Bahkan sekarang dia sudah mulai berani menyatakan suka kepada
teman perempuan yang cantik di kelasnya. Dan lucunya lagi, dia bisa membuat
undangan pernikahan yang mencantumkan namanya dan nama teman cewek yang
ditaksirnya, kemudian difotokopi di kios fotokopi yang berada di lingkungan
sekolah. Ada-ada saja anakku yang satu ini… Tapi aku bersyukur, siswa/i regular
setelah kami lakukan sosialisasi tentang pendidikan Inklusif dan tentang
keberadaan ABK di sekolah kami, mereka semua pada care/peduli dan dapat
menerima dengan tulus, melebihi para
guru yang bukan GPK (Guru Pendamping Khusus).
Siswa/i ABK yang kami asuh di SMP Negeri 5 Surabaya
banyak mengalami perkembangan yang menggembirakan. Baik dalam segi perilaku
maupun segi kompetensi yang diampunya.
Seperti halnya Mustofa, siswa ABK (Autis) yang bernama “Kurnia Alif Saputra pun demikian. Ia lahir di kota Surabaya, 10 September 1997.
Pada saat
pertama kali masuk ke SMPN 5 Surabaya (Juli 2011), perilaku dan emosinya tidak
terkontrol dan tidak stabil. Kalau makan masih suka tumpah-tumpah, belepotan
dan tidak mau merapikan kembali tempat makan dan botol minumnya. Kalau diajak
berbicara, sama sekali tidak menghiraukan. Pandangan matanya tidak mau tertuju
kepada orang yang mengajak berbicara. Dia suka asyik bermain sendiri, tidak mau
didekati. Kalau didekati dia akan lari menjauh.
Alif (demikian
panggilannya) mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh siswa reguler. Dia
bisa menghapal ke-48 nama presiden Amerika Serikat, presiden dan wakil presiden
Indonesia, warna bendera seluruh dunia dan jumlahnya, dan dapat menebak hari
lahir dan pasaran seseorang dari tanggal lahirnya. Dia juga rajin shalat lima
waktu dan mahir di bidang IT.
Setelah
beberapa bulan kami bina dan dilakukan identifikasi oleh GPK (Guru Pendamping
Khusus) dari tenaga edukasi yang berlatar belakang PLB (Pendidikan Luar Biasa),
menghasilkan penjelasan sebagai berikut:
Perspektif Educatif
Kemampuan siswa dalam hal membaca cukup lancar meski
dengan intonasi yang belum tepat (suara terkadang keras, terkadang pelan).
Pemahaman terhadap isi bacaan baik.
Dalam hal imla dan menyusun kalimat menjadi sebuah
paragraf sederhana baik, namun tulisan masih kurang rapi (ada penulisan huruf
kapital yang kurang tepat, dan penulisan huruf yang kurang jelas misalnya “m, p
dan g”). Siswa
mampu memegang alat tulis dengan benar dan menulis dari kiri ke kanan dengan
menggunakan tangan kanan, serta posisi kertas
juga sejajar dengan posisi duduk, namun kepala
cenderung menunduk.
Untuk kemampuan
berhitung, dalam hal operasi hitung penjumlahan dan
operasi hitung pengurangan dengan tehnik meminjam dan menyimpan sampai dengan
bilangan ribuan baik dan cepat, begitu pula dengan operasi hitung perkalian dan
pembagian namun dalam hal menyelesaikan soal cerita masih kurang hal ini
disebabkan karena pemahaman yang terbatas dan ketelitian yang masih kurang.
Sedangkan kemampuan menyebutkan konsep dasar <,=,> dan mengidentifikasi
bangun datar dan bangun ruang baik akan tetapi pemahaman dan aplikasi dalam
soal masih belum mampu.
Perspektif Psikologis
Dari hasil
observasi yang dilakukan diketahui bahwa Alif memiliki motivasi, semangat dan percaya diri yang
cukup untuk mengikuti aktivitas yang ada. Ia juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi namun dalam hal logika masih terbatas
pada hal- hal yang praktis, sederhana dan nyata. Selain itu karakteristik
gangguan yang menyertainya juga memengaruhi
sikapnya sehari – hari seperti agresifitas dan perilaku lain yang cenderung
mengganggu misal merampas makanan/minuman teman dan mengambil buku di perpustakaan.
Perspektif
Wicara
Untuk area wicara, dapat disimpulkan bahwa anak mampu
menjalin komunikasi baik dengan komunikasi satu arah maupun komunikasi 2 arah
namun keluasan dalam penggunaan bahasa saat menjawab pertanyaan masih sangat
terbatas dan sangat tergantung pada stimulus yang diberikan oleh lawan bicara. Begitu juga
dalam pemahaman instruksi, anak mampu memahami dan melaksanakan instruksi yang
disampaikan observer dengan baik walaupun dengan
pengulangan.
Perspektif Okupasi
Dalam hal motorik kasar tidak mengalami kendala yang
berarti. Namun dalam hal motorik halus dan atensi konsentrasi masih perlu
banyak latihan.
Catatan
Anak membutuhkan bimbingan dan arahan terutama dalam hal pemahaman terhadap soal cerita agar anak lebih mudah dalam
menyelesaikan soal hitungan yang terdapat pada mata pelajaran Matematika.
Dalam hal
psikologis/perilaku, anak membutuhkan psikoterapi
suportif (memberi dukungan dan motivasi) untuk berinteraksi sosial dengan teman-temannya di sekolah. Selain
itu peningkatan atensi konsentrasi juga diperlukan agar anak dapat mengikuti
pembelajaran di kelas dengan optimal.
Dari
penjelasan dan catatan di atas, kami melakukan pembinaan dan terapi bina diri
secara kontinu/berkelanjutan. Alhamdulillah, dia sudah mulai bisa diajak
komunikasi. Baik dengan guru maupun dengan teman-teman sebayanya. Kalau makan
sudah tidak tumpah-tumpah lagi, tidak blepotan dan tempat makan/minumnya kalau
selesai makan dirapikan/dimasukkan kembali ke tasnya. Dia juga bisa
berkomunikasi dengan baik. Meskipun sampai saat menjelang tahun ketiga, emosinya masih kurang stabil. Kadang masih ngambil
makanan/minuman teman, kadang juga masih memukul temannya, yang dia anggap
salah atau mengganggu ketenangan/kesenangannya. Namun demikian, jika aku
panggil dan kutegur. Dia akan langsung mengakui kesalahannya dan meminta
maafKami memang harus benar-benar ekstra hati-hati dalam pengawasan, terutama
saat jam-jam istirahat. Para GPK harus sigap dalam mendampingi.
Dengan ketelatenan dan kasabaran kami dalam membimbingnya, Alif dapat
tergali semua kompetensinya. Dia juga piawai memainkan keyboard. Sekarang dia
sudah duduk di bangku SLTA, masuk SMKN IV jurusan Multimedia.
Semoga
dengan kesabaran dan ketulusan kami dalam membina siswa/i ABK di SMP Negeri 5 Surabaya,
suatu saat mereka
akan benar-benar bisa menjadi anak yang baik, terarah, emosinya bisa stabil
serta dapat mandiri dalam menggapai masa depan yang harus dijalani kelak,
terutama saat telah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Aamiin ....
----oo0oo----
#Sebarkan VIRUS HATI untuk bisa MELAYANI dengan HATI
#Salam Inklusi .... :)
APAKAH KITA LEBIH SIBUK DARI UMAR ?
Oleh Andi Mulya, SMP N 47 Surabaya
Apakah kita lebih sibuk dari Umar bin Abd Aziz ,sampai tak ada waktu membaca firmanNya ?
Sungguh Umar bin Abd Aziz , jika ia sangat sibuk ,maka ia tetap mengambil mushaf ,walau hanya beberapa ayat ia baca
Adakah kesibukan kita mengungguli kesibukan Ustman bin Affan , dimana ia berkata : jika hati ini bersih ,maka lisan ini tak mau berkesudahan mendengungkan kalamNya
Ibnu Taimiah berkata : siapa yang tidak membaca Al Quran maka ia telah meninggalkannya
satu hari tidak membaca Al Quran ,maka sehari kita meninggalkannya
sebulan mata ini acuh akan firmanNya , maka sebulan juga kita meninggalkannya dalam lemari lemari kita
maka saat itu AlQuran hanya menjadi hiasan di almari dan dinding kita
ketahuilah ,bukan untuk itu al Quran diturunkan , ia adalah bacaan yang sempurna ,bukan pajangan yang sempurna
janganlah sampai nama kita masuk daftar mereka yang diadukan nabi saw kepada Allah,karena cuek dengan Al Quran
Al Quran itu untuk mereka yang hidup , kenapa baru engkau buka lembar lembarnya ,saat ada diantara kita yang wafat ?
AlQuran itu bukan hanya menjadi alat pengusir Jin , kenapa engkau baru sibuk membacanya ,saat ada yang kerasukan ?
kau jadikan Al Quran ,sebagai mahar akad sucimu ,tetapi rumah tanggamu ,hening dari alunannya
sesungguhnya hati yang tidak terpaut dengan Al Quran ia akan berkarat
sesunguhnya mulut yang tidak terhiasi olehnya ,seperti rumah rusak
sesungguhnya malaikat akan menjadi penduduk rumah kita ,jika Al Quran menjadi sesuatu yang membasahi lisan penduduknya
Langganan:
Postingan (Atom)